Delegasi kita akan menari "Marpangir". Tau nggak apa itu Marpangir? Hayo gimana jawabnya nanti kalau ditanya orang Italy. Malu ah kalau nggak bisa jawab.
Di bawah ini ada artikel tentang Marpangir. Dibaca dong, biar nggak ndomblong kalo ditanya orang Italy....
Klik aja http://melayuonline.com/ensiclopedy/?a=UGtWL2cveVRteDdaM2dl=&l=marpangir
atau http://standardberita.com/featured/marpangir-mangalomang-tradisi-batak-muslim/
Sebagaimana tradisi lokal Ramadhan di Jawa, Aceh, Sumatera Barat, bahkan Arab, Pakistan, dan lingkungan budaya lainnya; niscaya orang Batak pun punya tradisi sendiri menghadapi bulan Ramadhan. Itulah sebabnya bagi perantau, setiap bulan Ramadhan tiba, ada rasa rindu yang menghentak di hati. Ada sesuatu yang hilang dan tak bisa dilakukan di perantauan (tano parjalangan).
Menjelang puasa, suasana Sipirok meriah, selain sibuk mempersiapkan lauk-pauk yang spesial untuk sahur pertama, yang paling membuat rindu pulang ke huta (kampung halaman) sebelum lebaran adalah acara marpangir di batang aek. Kalau di Desa Padang Bujur ada Aek Milas (Pemandian Air Panas), yang selalu dikunjungi masyarakat dari berbagai desa. Ramai sekali!
Marpangir, terjemahan bebasnya adalah mandi keramas, yang bertujuan sebagai simbol membersihkan diri lahir dan batin, sebelum melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Umumnya orang yang keramas menggunakan sampo, maka marpangir memiliki ramuan-ramuan khusus yang terdiri dari unte pangir (sejenis jeruk sate) daun pandan, daun tapak leman, dan bunga-bunga yang harum. Kemudian dicampur jadi satu dan dimasak dengan santan. Ramu-ramuan itu itu kemudian direbus di belanga (Angkola-Sipirok) atau di dalam bambu/bulu (Mandailing).
Setelah ramuan itu masak dan didinginkan, pada saat kita mandi disiramkanlah ramuan pangir tadi ke kepala, lalu digosok-gosok. Mungkin karena ada santan dalam ramuan itu, maka rambut pun jadi lembut dan berkilau indah setelah dipangir. Setelah itu rambut dibilas dan cuci bersih dengan sabun (ini waktu jaman dulu, kalau sekarang dicuci bersih dengan sampolah).
Acara marpangir menjadi lebih seru dan dirindukan, biasanya bersamaan dilanjutkan dengan acara piknik keluarga atau pun piknik dengan teman-teman sebaya di tepi batang aek (tepi sungai) atau ke gunung Sibual-buali.
Setelah itu masih ada kegiatan yang mungkin menjadi kenangan tersendiri bagi orang-orang Sipirok ketika masih remaja, yaitu kegiatan muda-mudi sehabis sahur. Di Sipirok yang dingin itu, kalau sudah bergelung di dalam selimut ( marulos sampulung) sehabis sahur, biasanya sholat subuhnya pasti bablas.
Maka para muda-mudi (angka na poso dohot nauli bulung) langsung jalan-jalan pagi, lalu diteruskan dengan mandi ke pemandian air panas (marondam). Bagi muda-mudi, ehem…ada juga yang melakoni ‘asmara shubuh’ seusai bersahur, sepanjang perjalanan menuju masjid. Alamaaaak!
Seiring dengan berjalannya ibadah puasa, tepat malam 27 Ramadhan, ada acara pasang lilin/obor di setiap rumah/pagar rumah di kampung-kampung. Indahnya malam itu dengan jejeran lilin/obor di sepanjang jalan dan dinginnya Sipirok, ditingkahi pula dengan suara tadarusan (membaca Al Qur’an) dari masjid.
0 komentar:
Posting Komentar